Kota Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, kembali dilanda banjir di Kendari yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Curah hujan tinggi yang tak henti mengguyur menyebabkan meluapnya beberapa sungai, seperti Sungai Wanggu dan Kali Lasolo, serta drainase kota yang tidak mampu menampung debit air. Akibatnya, ratusan rumah terendam, ribuan jiwa terdampak, dan aktivitas kota lumpuh. Peristiwa ini bukan yang pertama kali terjadi di Kendari, memunculkan pertanyaan tentang akar masalah dan solusi jangka panjang yang diperlukan. Artikel ini akan mengulas penyebab utama banjir di Kendari, dampak yang ditimbulkannya, serta berbagai upaya penanggulangan yang telah dan sedang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana serupa di masa mendatang.
Penyebab Berulang Banjir di Kendari
Fenomena banjir di Kendari adalah masalah kompleks yang disebabkan oleh kombinasi faktor alam dan antropogenik.
- Curah Hujan Tinggi dan Intensitas Ekstrem: Kendari, seperti wilayah tropis lainnya, rentan terhadap curah hujan yang tinggi, terutama selama musim penghujan. Namun, intensitas hujan yang ekstrem dalam waktu singkat menjadi pemicu langsung luapan air. Data menunjukkan bahwa Kendari memiliki peluang curah hujan maksimum yang signifikan, dengan beberapa bulan mencapai rata-rata curah hujan di atas 180 milimeter.
- Kondisi Topografi dan Geografis: Kota Kendari dilewati oleh delapan aliran sungai yang semuanya bermuara di Teluk Kendari. Ini membuat kota ini sangat rentan terhadap luapan air, terutama saat curah hujan tinggi bersamaan dengan air pasang laut. Air tidak bisa mengalir lancar ke laut, menyebabkan genangan di daratan.
- Permasalahan Drainase dan Sungai:
- Sedimentasi dan Penyempitan Sungai/Drainase: Banyak sungai dan saluran drainase di Kendari mengalami sedimentasi parah akibat timbulan sampah dan lumpur. Hal ini mengurangi kapasitas penampungan air dan memperlambat aliran, membuat air mudah meluap. Kawasan seperti Eks MTQ dan Kali Wanggu sering menjadi langganan banjir karena masalah drainase yang buruk.
- Pembangunan yang Tidak Terkontrol: Pembangunan gedung dan permukiman yang pesat di Kendari tanpa diiringi dengan perencanaan tata ruang yang memadai telah mengurangi area resapan air. Lahan hijau berubah menjadi beton, sehingga air hujan tidak meresap ke tanah tetapi langsung mengalir ke permukiman.
- Banjir Kiriman dari Hulu: Beberapa pihak mengidentifikasi bahwa banjir di Kendari juga merupakan “banjir kiriman” dari daerah hulu seperti Konawe Selatan (Konsel) dan Konawe. Penurunan fungsi hutan di daerah hulu akibat aktivitas tertentu, seperti pertambangan, dapat mempercepat aliran air dan lumpur ke wilayah Kendari.
Berbagai faktor ini saling berkaitan dalam menyebabkan banjir di Kendari.
Dampak Sosial dan Ekonomi Akibat Banjir di Kendari
Dampak dari banjir di Kendari sangat terasa di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
- Kerugian Material: Ratusan rumah terendam, dengan ketinggian air yang bisa mencapai lebih dari satu meter, bahkan ada yang mencapai leher orang dewasa. Ini menyebabkan kerusakan properti, perabotan, dan kendaraan. Kerugian material akibat banjir ini belum dapat dirinci secara keseluruhan, tetapi diperkirakan sangat besar.
- Pengungsian Warga: Ketika banjir melanda, ribuan jiwa terpaksa mengungsi ke posko darurat yang disiapkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan instansi terkait. Mereka membutuhkan bantuan dasar seperti makanan siap saji, air bersih, selimut, pakaian, dan popok bayi.
- Gangguan Kesehatan dan Sanitasi: Genangan air kotor meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air. Lingkungan yang kotor pascabanjir juga menjadi sarang penyakit dan tantangan besar bagi upaya pembersihan. Beberapa fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, bahkan sempat terendam banjir sehingga pasien harus dievakuasi.
- Kelumpuhan Aktivitas: Banjir menyebabkan terputusnya akses jalan, mengganggu transportasi dan logistik. Sekolah, kantor, dan pusat bisnis juga tidak dapat beroperasi secara normal, berdampak pada aktivitas ekonomi dan pendidikan.
- Dampak Psikologis: Korban banjir, terutama anak-anak, dapat mengalami trauma psikologis akibat kehilangan harta benda dan pengalaman mengerikan saat bencana.
Ini menunjukkan dampak besar dan urgensi penanganan banjir di Kendari.
Upaya Penanggulangan dan Mitigasi Banjir di Kendari
Pemerintah Kota Kendari bersama berbagai pihak telah dan terus berupaya mengatasi masalah banjir di Kendari, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
- Respons Darurat dan Bantuan: BPBD Kota Kendari selalu siaga dalam menghadapi bencana. Mereka dengan cepat menyiapkan posko pengungsian, mendistribusikan bantuan darurat seperti sembako dan obat-obatan, serta melakukan evakuasi korban. Koordinasi dengan instansi lain juga dilakukan untuk penanganan darurat.
- Normalisasi dan Pengerukan Sungai/Drainase: Salah satu upaya struktural yang terus dilakukan adalah pengerukan sedimen dan normalisasi saluran air serta sungai. Pemerintah Kota Kendari telah mengerahkan alat berat untuk membersihkan drainase dan sungai yang dangkal akibat lumpur dan sampah. Kolaborasi dengan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) juga dilakukan untuk mengatasi titik-titik genangan.
- Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir: Rencana pembangunan kolam retensi (seperti di Nanga-Nanga), tanggul, dan embung menjadi prioritas jangka panjang untuk menampung debit air yang tinggi. Namun, proyek-proyek ini seringkali terkendala masalah pembebasan lahan, memerlukan dukungan dari Pemerintah Provinsi.
- Sistem Peringatan Dini: BPBD berupaya mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih efektif untuk memberikan informasi tepat waktu kepada masyarakat, memungkinkan mereka untuk bersiap dan mengevakuasi diri.
- Edukasi dan Sosialisasi: Sosialisasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan, tidak membuang sampah di sungai, serta pembangunan sumur resapan dan biopori terus digalakkan. Program-program seperti Sekolah dan Madrasah Aman Bencana juga dilaksanakan.
- Penanganan Hulu Sungai: Mengingat peran “banjir kiriman” dari daerah hulu, pentingnya pengelolaan dan pemantauan area hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) menjadi fokus. Ini mungkin melibatkan kerja sama lintas daerah dan peninjauan kembali izin-izin yang berpotensi merusak lingkungan di hulu.
Upaya ini penting untuk mengatasi banjir di Kendari.
Kesimpulan: Menuju Kendari yang Lebih Tangguh Hadapi Banjir
Banjir di Kendari adalah tantangan berkelanjutan yang membutuhkan pendekatan komprehensif dan multidimensional. Meskipun penyebabnya kompleks, kombinasi curah hujan ekstrem, kondisi geografis, serta masalah infrastruktur dan tata ruang yang belum optimal menjadi faktor utama. Dampak yang ditimbulkan sangat merugikan, tidak hanya secara material tetapi juga sosial dan psikologis.
Upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat patut diapresiasi, namun masalah ini menuntut solusi jangka panjang yang lebih terintegrasi. Normalisasi sungai, pembangunan infrastruktur pengendali air, penanganan masalah di hulu, serta peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat adalah kunci untuk membangun Kendari yang lebih tangguh menghadapi ancaman banjir di masa depan. Hanya dengan kolaborasi dan komitmen bersama, Kota Kendari dapat meminimalkan risiko bencana ini dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi seluruh warganya.
Baca juga:
- Pilihan Gamis Stylish Cocok Untuk Remaja
- 5 orang ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan oleh KPK dalam operasi tangkap tangan di Sumatera Utara.
- MK Putuskan Pemilu Nasional dan Daerah Diselenggarakan Terpisah Mulai 2029
Referensi:
- Kendariinfo.com:
- Antara News Sultra:
- Kompas.com Regional:
- Detik.com:
- IndoSultra.com:
- Jurnal Ilmiah/E-Journal:
- BMKG: