Dalam era digital, di mana informasi menyebar secepat kilat, setiap insiden yang melibatkan aparat negara menjadi sorotan publik yang intens. Hal ini menjadi semakin penting ketika insiden tersebut menimbulkan korban dari kalangan sipil. Insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojek daring (ojol) di Jakarta baru-baru ini telah memicu gelombang amarah publik yang besar. Namun, respons dari pihak kepolisian kali ini berbeda. Untuk menanggapi tuntutan keadilan, pemeriksaan Brimob live disiarkan secara langsung. Ini adalah sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya membangun kembali kepercayaan publik.
Keputusan untuk menyiarkan secara langsung proses pemeriksaan internal ini dianggap sebagai upaya serius Polri. Mereka ingin menunjukkan komitmen terhadap transparansi dan akuntabilitas. Langkah ini dipandang sebagai babak baru dalam sejarah institusi penegak hukum di Indonesia.
Pemeriksaan Brimob Live: Mengapa Ini Menjadi Keputusan Bersejarah?
Langkah Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Mabes Polri untuk menyiarkan langsung proses pemeriksaan tujuh anggotanya adalah terobosan yang signifikan. Lazimnya, sidang internal atau pemeriksaan kode etik kepolisian dilakukan secara tertutup. Namun, dalam kasus ini, institusi Polri tampaknya menyadari bahwa pendekatan tradisional tidak lagi cukup. Publik menuntut lebih dari sekadar janji. Mereka menginginkan bukti nyata dari akuntabilitas.
Dengan menyiarkan proses ini melalui media sosial resmi, Polri mengambil risiko besar. Namun, risiko ini juga menunjukkan komitmen mereka untuk tidak menyembunyikan kesalahan. Ini mengirimkan pesan yang kuat bahwa tidak ada anggota yang berada di atas hukum. Bahkan, mereka akan menghadapi konsekuensi atas tindakan mereka di bawah sorotan publik. Langkah ini juga dapat menjadi alat untuk meredam kemarahan massa. Massa tidak hanya melihat hasil akhirnya, tetapi juga proses di balik pengambilan keputusan.
Kronologi Insiden dan Reaksi Publik
Insiden tragis ini bermula dari sebuah unjuk rasa. Di tengah kekacauan, sebuah kendaraan taktis (rantis) milik Brimob menabrak seorang pengemudi ojol. Pengemudi ojol tersebut, yang diketahui bernama Affan Kurniawan, tewas di lokasi kejadian. Video amatir yang merekam momen mengerikan ini dengan cepat menyebar di media sosial. Hal ini memicu gelombang kemarahan dari masyarakat, terutama dari komunitas ojol yang berduka.
Reaksi publik tidak hanya terbatas pada dunia maya. Massa ojol dan warga turun ke jalan, menuntut keadilan. Unjuk rasa spontan ini, yang terjadi di depan Markas Komando Brimob, menunjukkan betapa besarnya tuntutan akuntabilitas dari masyarakat. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahkan turun tangan secara langsung. Ia menyatakan permintaan maaf kepada keluarga korban. Ia juga berjanji untuk mengusut tuntas kasus ini. Ini adalah pengakuan serius dari level tertinggi institusi Polri.
Proses Sidang dan Tanggung Jawab Profesi
Tujuh anggota Brimob yang berada di dalam kendaraan taktis tersebut segera diamankan. Mereka kemudian dibawa ke Divpropam untuk menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan ini merupakan bagian dari sidang kode etik. Sidang ini bertujuan untuk menentukan apakah mereka telah melanggar etika dan profesi sebagai anggota kepolisian.
Meskipun proses hukum pidana (jika ada) akan berjalan terpisah, sidang etik ini sangat krusial. Sidang ini akan menentukan hukuman disiplin. Hukuman ini bisa termasuk penempatan dalam tahanan khusus, penundaan kenaikan pangkat, atau bahkan pemecatan dari institusi. Dalam siaran langsung tersebut, publik dapat menyaksikan para terperiksa duduk di depan para penyidik, menunjukkan betik-betik proses yang sebelumnya selalu tertutup. Ini adalah langkah yang sangat maju. Hal ini membangun kepercayaan bahwa institusi serius dalam menindak anggotanya yang menyimpang.
Implikasi Jangka Panjang Pemeriksaan Brimob Live
Keputusan untuk menyiarkan langsung pemeriksaan ini memiliki implikasi yang jauh melampaui kasus tunggal ini. Ini bisa menjadi preseden baru untuk bagaimana Polri menangani kasus-kasus sensitif di masa depan. Jika langkah ini berhasil, kita mungkin akan melihat lebih banyak kasus yang ditangani dengan tingkat transparansi yang serupa.
Ini adalah kesempatan bagi Polri untuk menunjukkan bahwa mereka adalah institusi yang modern dan responsif. Mereka mendengarkan suara rakyat dan berkomitmen untuk melayani dan melindungi. Tentu saja, transparansi ini harus diikuti dengan hukuman yang setimpal. Ini harus sesuai dengan temuan pemeriksaan. Jika tidak, langkah ini hanya akan dianggap sebagai taktik PR semata.
Namun, saat ini, langkah pemeriksaan Brimob live ini adalah sinyal positif. Ini menunjukkan kesediaan untuk membuka diri. Sinyal ini dapat menjadi fondasi untuk reformasi yang lebih besar. Pada akhirnya, kepercayaan publik tidak dapat dibeli dengan kata-kata. Itu harus dibangun melalui tindakan nyata. Dan dalam kasus ini, Polri tampaknya telah mengambil langkah pertama yang benar.
Baca juga:
- Viral Trend dan Makna Bunga Layu Mobil Brimob Lindas Ojol
- Geely Starray EM-i Sudah Bisa Preorder
- Lowongan Kerja KAI 2025: Kesempatan Emas bagi Lulusan SMA hingga Sarjana
Referensi:
- Detik.com. (2025). Pemeriksaan 7 Anggota Brimob Pelindas Ojol Disiarkan Live, Ini Tampangnya. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-8085637/pemeriksaan-7-anggota-brimob-pelindas-ojol-disiarkan-live-ini-tampangnya
- Kompas.com. (2025). Link Streaming Sidang Etik 7 Anggota Brimob yang Tabrak Ojol Affan. Diakses dari https://www.kompas.com/tren/read/2025/08/29/152243565/link-streaming-sidang-etik-7-anggota-brimob-yang-tabrak-ojol-affan
- Liputan6.com. (2025). Link Live Streaming Pemeriksaan 7 Polisi Penabrak Affan Kurniawan dengan Rantis Brimob. Diakses dari https://www.liputan6.com/news/read/6145703/link-live-streaming-pemeriksaan-7-polisi-penabrak-affan-kurniawan-dengan-rantis-brimob
- Tirto.id. (2025). Kronologi Rantis Brimob Tabrak Driver Ojol hingga Tewas. Diakses dari https://tirto.id/kronologi-rantis-polisi-tabrak-ojol-di-demo-28-agustus-2025-hgHz