JAKARTA – Setelah erupsi dahsyat yang meluncurkan Awan Panas Guguran (APG) sejauh belasan kilometer pada Rabu, 19 November 2025, aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Jawa Timur menunjukkan tanda-tanda penurunan visual. Laporan terkini dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan bahwa Getaran Awan Panas Semeru yang sebelumnya terekam masif di seismogram, kini tidak lagi terdeteksi. Namun, meskipun tremor yang diakibatkan oleh guguran awan panas telah mereda, status gunung tertinggi di Pulau Jawa ini tetap dipertahankan pada Level IV (Awas).
Keputusan untuk mempertahankan status tertinggi ini menggarisbawahi sifat aktivitas vulkanik yang tidak menentu. PVMBG menekankan bahwa penurunan aktivitas yang tercatat di seismograf tidak berarti ancaman telah hilang sepenuhnya. Sebaliknya, dinamika di bawah permukaan Mahameru masih tinggi, ditandai dengan intensitas gempa guguran dan gempa letusan yang masih sering terekam. Kewaspadaan di sekitar Besuk Kobokan dan area terdampak lainnya tetap menjadi prioritas utama.
📉 Penurunan Getaran, Kenaikan Intensitas Gempa
Pemantauan aktivitas vulkanik Semeru dilakukan melalui berbagai alat, termasuk seismograf, yang mengukur energi yang dilepaskan di dalam dan di sekitar gunung.
1. Arti Berakhirnya Getaran APG
Getaran Awan Panas Guguran (APG) adalah sinyal seismik yang dihasilkan oleh pergerakan material panas (gas, abu, dan batuan) yang meluncur di lereng gunung.
-
Penanda Erupsi Utama: Terekamnya getaran APG dengan amplitudo tinggi adalah indikasi kuat bahwa erupsi besar sedang berlangsung dan material panas meluncur dengan cepat. Berakhirnya rekaman Getaran Awan Panas Semeru berarti fase peluncuran awan panas masif telah usai, sesuai dengan berakhirnya erupsi besar pada Rabu sore.
-
Tidak Sama dengan Tenang: Meskipun getaran APG berhenti, data kegempaan lainnya menunjukkan bahwa tekanan di bawah permukaan Semeru masih signifikan. Petugas pos pengamatan masih mencatat puluhan kali gempa guguran dan gempa letusan/erupsi dalam rentang waktu enam jam, menunjukkan pergerakan material di dalam tubuh gunung yang intens.
2. Status Awas dan Larangan Aktivitas
PVMBG, di bawah Badan Geologi Kementerian ESDM, menaikkan status Gunung Semeru menjadi Awas (Level IV) setelah erupsi yang meluncurkan APG sejauh 14 kilometer. Status ini berlaku hingga ada perubahan resmi.
-
Radius Bahaya 20 Km: Rekomendasi utama PVMBG melarang masyarakat melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi), yang merupakan jalur utama APG dan guguran lava.
-
Radius Bahaya 8 Km: Selain itu, masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 8 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
🌧️ Ancaman Lain: Lahar Dingin dan Guguran Lava
Meskipun Getaran Awan Panas Semeru telah mereda, ancaman sekunder kini menjadi fokus utama pemerintah dan tim mitigasi bencana di lapangan.
1. Bahaya Lahar Dingin
Curah hujan yang tinggi di puncak Semeru menjadi perhatian serius karena berpotensi memicu bencana sekunder berupa lahar dingin.
-
Material Vulkanik Melimpah: Material vulkanik, termasuk pasir, kerikil, dan batuan besar, menumpuk di lereng dan alur-alur sungai (Besuk) pasca-erupsi. Jika hujan deras, material ini akan terbawa air, membentuk banjir lahar dingin yang memiliki daya rusak besar. PVMBG secara spesifik meminta masyarakat mewaspadai potensi lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru, terutama di Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
2. Guguran Lava
Aktivitas internal gunung yang tinggi juga menunjukkan potensi guguran lava baru yang mengancam area terdekat.
-
Penumpukan Material: Material lava pijar dapat terus menumpuk di kawah dan kemudian gugur ke lereng gunung. Meskipun guguran lava bergerak lebih lambat daripada APG, ancamannya tetap tinggi bagi permukiman dan infrastruktur di jalur luncur.
🤝 Upaya Mitigasi dan Penanggulangan Darurat
Pemerintah Kabupaten Lumajang telah merespons cepat terhadap peningkatan status ini.
1. Status Tanggap Darurat dan Evakuasi
Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Semeru selama tujuh hari, dimulai dari 19-26 November 2025, untuk memastikan penanganan darurat berjalan cepat dan terpadu.
-
Evakuasi Warga: Ratusan warga di zona merah, terutama dari Desa Sumberwuluh dan sekitarnya, telah dievakuasi ke Balai Desa dan fasilitas pengungsian yang aman. BPBD bersama TNI dan Polri terus bersiaga.
2. Jalur Vital Ditutup
Jembatan Gladak Perak, jalur vital yang menghubungkan Lumajang dan Malang, telah ditutup total setelah APG dilaporkan mencapai area tersebut, demi menjaga keselamatan warga dan mengantisipasi aktivitas susulan.
Meskipun Getaran Awan Panas Semeru telah berhenti direkam, status Awas (Level IV) adalah pengingat penting bahwa Gunung Semeru tetap berada dalam fase berbahaya. Masyarakat diimbau untuk tidak lengah, selalu mematuhi rekomendasi PVMBG, dan mengikuti arahan petugas di lapangan untuk memastikan keselamatan bersama di tengah tingginya dinamika Mahameru.
Baca juga:




