JAKARTA – Kota Sibolga dan wilayah sekitarnya di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, tengah dilanda duka mendalam menyusul serangkaian Bencana Banjir Longsor Sibolga yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang turun tanpa henti selama beberapa hari. Bencana hidrometeorologi yang melanda sejak Senin (24/11/2025) malam hingga Rabu (26/11/2025) ini tidak hanya merendam ratusan rumah tetapi juga menelan korban jiwa, menjadikan wilayah pesisir barat Sumut ini lumpuh total.
Laporan terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan tim SAR gabungan menyebutkan bahwa Kota Sibolga menjadi salah satu daerah dengan dampak paling parah. Sedikitnya lima orang dilaporkan meninggal dunia akibat tertimbun material longsor, dan beberapa warga lainnya masih dalam pencarian. Kejadian tragis ini sekali lagi menjadi pengingat pahit tentang kerentanan wilayah yang berada di lereng perbukitan dan tepi sungai terhadap cuaca ekstrem.
🌧️ Penyebab dan Titik Rawan: Kombinasi Faktor Alam dan Manusia
Meskipun intensitas curah hujan yang ekstrem adalah pemicu langsung terjadinya Bencana Banjir Longsor Sibolga, para pemerhati lingkungan dan otoritas menggarisbawahi faktor-faktor struktural yang memperparah kondisi ini.
1. Curah Hujan Ekstrem dan Morfologi Wilayah
Wilayah Sibolga dan Tapanuli Tengah memiliki morfologi berupa perbukitan curam yang berbatasan langsung dengan laut.
-
Faktor Geografis: Hujan deras yang mengguyur sejak 19 hingga 25 November 2025 dengan volume yang melebihi batas normal menyebabkan tanah di lereng-lereng perbukitan menjadi jenuh air. Kondisi ini memicu pergerakan tanah di enam titik berbeda, termasuk lokasi ikonik seperti Tangga Seratus yang berdekatan dengan permukiman padat.
-
Meluapnya Sungai: Banjir juga diduga terjadi akibat meluapnya Sungai Aek Sarudik di Tapteng yang bermuara di perbatasan Sibolga. Tingginya sedimentasi dan sampah mempercepat luapan air ke kawasan permukiman.
2. Alih Fungsi Lahan dan Deforestasi
Faktor yang semakin memperburuk situasi adalah kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia.
-
Hilangnya Tutupan Hijau: Pakar lingkungan setempat menyoroti bahwa alih fungsi lahan, termasuk dugaan pembalakan hutan yang masif (illegal logging) di hulu, telah mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika tutupan hijau hilang, air hujan langsung meluncur ke hilir, memicu erosi dan tanah longsor yang dahsyat.
-
Permukiman di Area Rawan: Permukiman yang dibangun tanpa mitigasi memadai di lereng-lereng perbukitan dan bantaran sungai menjadi sangat rentan.
💔 Dampak Bencana: Korban, Infrastruktur, dan Akses
Dampak dari Bencana Banjir Longsor Sibolga sangat luas, tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga melumpuhkan aktivitas ekonomi dan sosial.
1. Korban Jiwa dan Kerusakan Rumah
Data sementara menunjukkan adanya korban meninggal dunia dan korban hilang, terutama akibat tertimbun material longsor.
-
Fasilitas Terdampak: Banjir merendam ratusan rumah, termasuk fasilitas umum seperti Pengadilan Negeri (PN) Sibolga yang ruang sidangnya ikut tergenang. Kerugian material berupa rumah rusak parah, ruko, dan kendaraan yang terseret arus air.
2. Jaringan Vital Terputus
Longsor dan banjir bandang juga merusak infrastruktur vital yang sangat mempengaruhi upaya penanganan darurat.
-
Telekomunikasi dan Listrik: Jaringan telekomunikasi di beberapa wilayah Sibolga dan Tapteng sempat terputus, menyulitkan komunikasi. Listrik padam karena gardu tergenang banjir dan tiang distribusi patah akibat pergerakan tanah.
-
Akses Jalan: Akses jalan utama, termasuk penghubung Sibolga-Padangsidimpuan, tertutup material longsor, menghambat mobilisasi tim evakuasi, logistik, dan alat berat.
🛠️ Penanganan Darurat dan Mitigasi Jangka Panjang
Pemerintah daerah dan tim gabungan bergerak cepat untuk menangani situasi darurat pasca Bencana Banjir Longsor Sibolga.
1. Respon Cepat Tim Gabungan
Tim SAR gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, BPBD, Basarnas, dan Satpol PP segera dikerahkan ke lokasi-lokasi terdampak untuk melakukan evakuasi korban dan pembersihan material longsor.
-
Pengerahan Personel: Kodam I/Bukit Barisan mengerahkan ratusan prajurit, dan Satuan Brimob Polda Sumut turut membuka akses jalan yang tertutup. Fokus utama adalah pencarian korban hilang dan pembukaan jalur transportasi.
-
Status Siaga Bencana: Pemerintah Kota Sibolga telah menetapkan status siaga bencana untuk periode November-Desember, sebagai langkah preventif menghadapi potensi bencana hidrometeorologi lanjutan.
2. Mitigasi dan Pencegahan Jangka Panjang
Para ahli dan otoritas setempat menekankan pentingnya langkah mitigasi berkelanjutan.
-
Pengawasan Hutan: Pemerintah didesak untuk mengusut tuntas dugaan pembalakan liar yang menjadi salah satu pemicu bencana. Pengawasan ketat terhadap alih fungsi lahan di lereng perbukitan harus ditingkatkan.
-
Edukasi dan Gotong Royong: Pentingnya mengaktifkan kembali budaya gotong royong masyarakat untuk membersihkan parit, saluran air, dan melakukan penanaman pohon di area rawan erosi harus didorong secara aktif. Pemasangan sistem peringatan dini longsor juga perlu diperbanyak.
Tragedi Bencana Banjir Longsor Sibolga adalah panggilan darurat bagi semua pihak untuk mengevaluasi ulang tata ruang dan praktik pengelolaan lingkungan. Hanya melalui komitmen kuat terhadap konservasi dan mitigasi yang berkelanjutan, masyarakat Sibolga dapat menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi ini.
Baca juga:




