Berita Empire

Update Berita Terbaru Setiap Harinya.

Israel mencegat Flotilla Sumud
BERITA TERKINI

Israel Mencegat Flotilla Sumud: Kronologi dan Reaksi Internasional

Upaya kapal sipil untuk mematahkan blokade maritim Gaza kembali dihadapkan dengan intervensi. Angkatan Laut Israel mencegat Flotilla Sumud (Global Sumud Flotilla) di perairan internasional, sebuah konvoi kapal yang membawa ratusan aktivis, politisi, dan sejumlah kecil bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza. Insiden ini, yang terjadi baru-baru ini, segera memicu gelombang kecaman internasional dan menyoroti kembali perdebatan sengit mengenai legalitas blokade maritim yang diberlakukan Israel di wilayah tersebut.

Flotilla Sumud kali ini dianggap sebagai misi maritim sipil terbesar dalam sejarah menuju Gaza, yang terdiri dari lebih dari 40 kapal dan sekitar 500 peserta dari berbagai negara. Tujuan utama para aktivis, termasuk figur terkenal seperti pegiat iklim Swedia Greta Thunberg dan anggota parlemen Eropa, bukanlah semata-mata mengantarkan bantuan—yang jumlahnya simbolis—tetapi untuk secara strategis menentang blokade Israel dan menarik perhatian dunia terhadap krisis kemanusiaan di Gaza. Konvoi tersebut berlayar dari beberapa pelabuhan di Mediterania, dan para aktivis menyadari betul risiko pencegatan yang telah dialami oleh misi-misi flotilla sebelumnya.

 

Detik-Detik Israel Mencegat Flotilla Sumud

 

Pencegatan yang dilakukan oleh Angkatan Laut Israel dimulai pada malam hari, saat konvoi Flotilla Sumud berada sekitar 70-75 mil laut dari pantai Gaza, jauh di perairan internasional. Pihak penyelenggara flotilla melaporkan bahwa sebelum tentara naik ke kapal, terjadi pemutusan komunikasi dan gangguan sinyal secara sengaja. Hal ini diduga untuk menghambat transmisi siaran langsung yang dilakukan para aktivis di atas kapal.

Rekaman video yang sempat disiarkan langsung oleh aktivis menunjukkan suasana tegang ketika kapal-kapal militer Israel mendekat. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kapal-kapal Israel menggunakan meriam air dan lampu sorot yang kuat sebelum para komando naik. Aktivis di atas kapal, yang telah mengenakan pelampung, dilaporkan duduk melingkar dengan tangan terangkat sebagai bentuk perlawanan pasif.

Israel mengklaim operasi pencegatan ini berjalan dengan aman dan tanpa kekerasan yang signifikan. Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa para aktivis, termasuk Greta Thunberg, berada dalam kondisi sehat. Mereka menegaskan bahwa tindakan mereka sah untuk menegakkan blokade laut yang disebutnya “sah secara hukum” demi mencegah penyelundupan senjata ke Hamas, terutama di zona tempur aktif. Israel juga mengklaim telah menawarkan cara lain kepada flotilla untuk mengirimkan bantuan melalui jalur aman, yang ditolak oleh para aktivis. Mereka bahkan menyebut konvoi tersebut sebagai “Flotilla Hamas-Sumud” dan menuduhnya hanya bertujuan untuk provokasi.

Pihak penyelenggara Flotilla Sumud dengan tegas membantah klaim Israel, menyebut pencegatan di perairan internasional sebagai tindakan ilegal, pembajakan, dan pelanggaran serius terhadap hukum maritim internasional. Mereka menyatakan tindakan tersebut menunjukkan betapa jauhnya Israel akan bertindak untuk memastikan Gaza tetap terisolasi dan kekurangan makanan.

 

Nasib Para Aktivis dan Reaksi Global

 

Setelah pencegatan, para aktivis yang berjumlah ratusan, dari sekitar 44 negara, ditahan dan dibawa ke pelabuhan Ashdod, Israel. Pemerintah Israel telah mengumumkan bahwa prosedur deportasi mereka ke negara-negara Eropa akan segera dimulai. Penahanan figur publik seperti Thunberg dan mantan senator Pakistan, Mushtaq Ahmad Khan, meningkatkan sorotan media global.

Respons internasional terhadap insiden Israel mencegat Flotilla Sumud sangat beragam, namun didominasi oleh kecaman. Turki menjadi salah satu negara yang paling keras, menyebut pencegatan tersebut sebagai “tindakan terorisme” dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Presiden Kolombia, Gustavo Petro, bahkan mengancam akan mengusir diplomat Israel yang tersisa di negaranya dan mengakhiri perjanjian perdagangan bebas dengan Israel.

Beberapa negara Eropa, seperti Spanyol dan Italia, yang sebelumnya telah mengirim kapal angkatan laut untuk mengawal sebagian perjalanan flotilla, telah memanggil perwakilan tertinggi Israel di ibu kota mereka untuk menyampaikan keberatan. Mereka menekankan sifat kemanusiaan dari misi tersebut. Di sisi lain, Uni Eropa mengeluarkan pernyataan yang hati-hati, menyatakan tidak mendukung misi flotilla bantuan ke Gaza.

Peristiwa ini juga memicu demonstrasi protes di berbagai kota besar di seluruh dunia, termasuk Roma, Buenos Aires, dan Istanbul, menyerukan pembebasan para aktivis dan penghentian blokade. Insiden ini, sekali lagi, menggarisbawahi perpecahan mendalam di panggung global terkait konflik Israel-Palestina.

 

Blokade Maritim dan Hukum Internasional

 

Pencegatan Israel mencegat Flotilla Sumud di perairan internasional kembali memicu perdebatan hukum tentang blokade. Di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut, kapal-kapal di laut lepas tunduk pada yurisdiksi bendera yang mereka kibarkan. Intersepsi hanya diperbolehkan dalam kondisi tertentu, seperti memerangi pembajakan atau di zona tempur.

Para aktivis dan ahli hukum internasional berpendapat bahwa blokade maritim Israel, terutama dalam konteks krisis kemanusiaan yang parah di Gaza, dapat dianggap melanggar hukum, dan karenanya kapal-kapal sipil yang membawa bantuan memiliki hak untuk berlayar bebas. Selain itu, mereka mempertanyakan legalitas Israel melakukan operasi militer di perairan internasional terhadap konvoi sipil.

Di sisi lain, Israel berpegangan pada argumen bahwa blokade ini diperlukan karena adanya konflik bersenjata dan penting untuk tujuan keamanan. Mereka menegaskan telah memberikan peringatan sebelumnya kepada flotilla, menjadikannya operasi yang sah.

Terlepas dari perdebatan hukum yang kompleks, insiden pencegatan ini berhasil mencapai tujuan para aktivis: memaksa dunia untuk memperhatikan blokade yang telah berlangsung selama hampir dua dekade dan krisis kemanusiaan yang makin memburuk di Gaza. Misi ini memperkuat seruan untuk dibukanya koridor maritim sipil yang aman ke Gaza.

Baca juga:

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *